Tersebutlah kisah seorang sahabat yg baru kembali dari medan perang. Saat berada di pintu rumahnya, secara tidak sengaja tiba-tiba nampak olehnya betis seorang perempuan. Perempuan itu adalah istri sahabatnya yg ketika itu sedang bertamu di rumahnya. Seketika itu juga ia melompat keluar dari pintu dan berlari meninggalkan rumahnya, menuju tempat yg sepi, selama bertahun-tahun, untuk bertaubat kepada Allah SWT atas ketidaksengajaannya itu. Rintihan taubatnya itulah yg sekarang sering kita dengar dalam syair Al-I'tiraf.
Tuhanku... aku tidak layak memasuki syurga Firdaus
Dan aku pun tak mampu menahan siksa api NerakaTerimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku
Sesungguhnya Engkaulah Pengampun dosa-dosa besarDosa-dosaku amatlah banyak bagai butiran pasir Terimalah taubatku, wahai Yang Maha Agung
Umurku berkurang setiap hari, sedangkan dosa-dosaku terus bertambah
Bagaimana aku sanggup menanggungnya?Tuhanku... hamba-Mu yg durhaka ini datang bersimpuh menghadap-Mu
Bila Kau mengampuni, Engkaulah Sang Pemilik Ampunan
Mengakui dosa-dosa dan menyeru memohon kepada-Mu
Bila Kau campakkan aku, kepada siapa aku mesti berharap selain dari-Mu?
Begitu bertaqwanya Sahabat ini. Begitu takutnya ia kepada Allah atas kekhilafannya, walaupun tak sengaja. Ia menyesal, mengapa sampai terjadi hal yg hina itu padanya? Tentu ada maksud Allah. Mungkin ini sebagai hukuman Allah karena iapun masih suka berbuat begitu, oleh sebab itu Allah pertemukan perkara itu dengannya. Perasaan itu membuat ia begitu takut dan malu dengan Allah, sehingga ia menghukum dirinya sendiri dan tidak mau pulang ke rumahnya selagi dirinya belum bisa menjadi manusia yg baik, sebaik yg Allah kehendaki.
Sahabat yg mulia ini, adalah seorang tokoh yg terkenal dengan cerita-ceritanya yg lucu. Namun sebenarnya ia adalah seorang pujangga, penyair besar di zaman Abbasiyah. Dialah Abu Nawas.
Bagaimana pula dengan diri kita? Melakukan banyak sekali dosa-dosa, bukan sahaja tidak merasa malu tapi merasa bangga pula.
0 comments:
Post a Comment